ARTICLE AD BOX
Football5Star.net, Indonesia – Pelatih Shin Tae-yong (STY) yang tahu Indonesia pernah dibantai 10 gol oleh Bahrain bikin Ketum PSSI, Erick Thohir malu. Dia bilang kalau itu sebagai sebuah catatan minor perjalanan sepak bola Indonesia yang harus diperbaiki.
Pertandingan di Riffa, Kamis (10/10/2024) nanti boleh dibilang cukup menarik. Pasalnya, Bahrain yang baru dibantai Jepang jelas ingin bangkit ke jalur kemenangan saat menjamu Indonesia di kandang sendiri. Namun, Indonesia pun bukan lawan sembarangan. Anak asuh STY berhasil beri kejutan dengan tahan dua langganan Piala Dunia, yakni Arab Saudi dan Australia.
Fakta bahwa secara rekor pertemuan kedua tim nyaris berimbang tentu saja bakalan mempernarik laga nanti. Timnas Indonesia dalam sejarahnya cuma kalah tiga kali dalam tujuh pertemuan lawan Bahrain. Namun memang, rekor itu ternoda pada 2012 silam ketika timnas Indonesia digulung 10 gol tanpa balas di kualifikasi Piala Dunia 2014. Ini sempat bikin Shin kaget.
“Ya karena kan STY tidak rahu sejarahnya kalau tidak salah waktu itu pas dualisme PSSI, dualisme liga. Ya waktu itu akhirnya kan kita tidak bisa mengirimkan tim terbaik, ya wajar dibantai. Tetapi itu kan menjadi pelajaran buat kita. Kalau kita sebagai bangsa, sebagai PSSI, sebagai stakeholder sepak bola, ya kita harus bersatu untuk bisa melakukan sesuatu yang kita impikan sehingga kita menjadi sebuah kesatuan terbaik,” kata Erick Thohir.
“Kalau kita pecah-pecah kayak dulu, masih punya ego sektoral, timnas sendiri, liga gak mau berhenti, EPA dan Soeratin waktu dan jadwalnya bertabrakan, yang main timnas kalau enggak memperkuat Soeratin nanti di-blacklist, ya itu kehancuran kita. Justru itulah komitmen kita harus bisa mengatur semuanya lebih baik supaya timnas baik, jangan sampai dibantai 10-0 seperti dulu,” papar dia.
Malu Ketika STY Tahu
Erick Thohir mengaku kalau sebagai bangsa, catatan kelam itu jelas bikin malu. Namun memang, saat ini dia bersama STY berharap timnas Indonesia memasuki babak baru yang lebih baik.
“Akhirnya sejarah tercatat apalagi kualifikasi Piala Dunia juga waktu itu, kan malu sih sebagai bangsa dibantai seperti itu dan kita berdosa tidak bisa mempersiapkan tim dengan sebaik baiknya karena ego pemimpin, ego kekuasaan tapi tidak mencari solusi untuk marwah dan martabat bangsa, sehingga kita bisa lebih baik,” tutup dia.