ARTICLE AD BOX
Football5Star.net, Indonesia – Tiada akar, rotan pun jadi. Medali emas gagal diraih, medali perunggu pun tak mengapa. Kiranya itulah yang ada dalam benak Rogerio Micale setelah timnas U-23 Mesir dikalahkan timnas U-23 Prancis pada semifinal Olimpiade 2024. Pada akhirnya, Mesir hanya bisa berebut perunggu dengan Maroko.
Bagi sebagian orang, perunggu tidaklah terlalu menarik untuk diraih. Namun, tidak demikian halnya bagi Micale. Pelatih asal Brasil itu menilai perunggu tetap punya makna besar. Apalagi di ajang olimpiade. Itu tetaplah pencapaian luar biasa yang bagi banyak orang hanya impian semata.
“Pertandingan melawan Maroko pasti akan sulit. Namun, kami bertekad kuat untuk melakukan yang terbaik dan mengatasi tantangan ini. Memenangi partai ini akan jadi prestasi besar bagi kami,” urai Rogerio Micale sebelum laga Mesir vs Maroko seperti dikutip Football5Star.net dari Winwin. “Itu akan jadi kebanggaan bagi kami.”
Dia secara khusus menambahkan, “Setelah meraih medali emas bersama Brasil di Olimpiade Rio (de Janeiro), saya sekarang memburu medali perunggu bersama Mesir. Kami akan bertarung dengan segenap kekuatan dan determinasi untuk menyenangkan para fan setia.”
Rogerio Micale Bukan yang Pertama
Bagi Rogerio Micale, gagal lolos ke final bukan berarti perjuangan timnas U-23 Mesir sudah selesai. Mohamed Elneny dkk. harus tetap berjuang keras merebut perunggu. “Kami sudah berjanji akan berjuang dengan semangat tinggi. Kami adalah satu tim dengan satu target, yaitu mengibarkan bendera Mesir setinggi-tingginya,” ucap dia.
Bendera Mesir akan berkibar tinggi jika Elneny cs. mampu mengalahkan Maroko pada laga yang berlangsung pada Kamis (8/8/2024) pukul 22.00 WIB nanti. Bukan apa-apa, Mesir belum pernah mampu merebut medali di cabang sepak bola. Pada Olimpiade 1964, mereka kalah 1-3 dari Jerman Timur dalam perebutan medali perunggu.
Secara pribadi, setelah merebut emas bersama negaranya pada 2019, medali perunggu akan membuat Micale mencapai prestasi tersendiri. Meraih dua medali olimpiade tidaklah biasa. Hanya George Buschner, Charlie Williams, Edgar Chadwick, George Raynor, Karoly Lakat, Samson Siasia, Kazimierz Gorski, dan Milorad Arsenijevic yang melakukannya.
Dari kedelapan orang itu, tiga orang di antaranya mengawinkan medali emas dengan mendali lain. Gorski merebut emas dan perak, sedangkan Buschner dan Raynor meraih emas dan perunggu. Adapun yang terbaik adalah Lakat yang meraih emas secara beruntun pada 1964 dan 1968.