Raphael Varane: Saya 11 Tahun Bermain Hanya dengan Satu Lutut

2 months ago 10
ARTICLE AD BOX

Football5Star.net, Indonesia – Eks pemain Manchester United, Raphael Varane mengungkapkan bahwa dirinya “bermain dengan satu lutut” selama 11 tahun terakhir kariernya. Dia mengungkapkan kunci dirinya tetap bisa bermain dengan keadaan seperti itu.

Varane memutuskan pensiun muda pada usia 31 tahun setelah alami cedera lutut kiri pada debutnya bersama Como. Dia mengungkapkan bahwa cedera itu didapatkan karena lutut kirinya harus melakukan kompensasi terhadap lutut kanannya yang alami cedera sejak 2013.

Eks pemain Real Madrid itu mengungkapkan kunci kesuksesannya masih bisa tetap bermain dengan keadaan lutut kanannya.

Raphael Varane - Manchester United - Getty ImagesIstimewa

“Jadi jika lutut kiri saya memberi tahu saya bahwa saya sudah cukup, saya harus mendengarkan,” kata Varane seperti dilansir Football5Star dari Mirror.

“Sejak usia 20 tahun, saya telah bermain dengan pedang Damocles yang tergantung di atas lutut kanan saya.

“Lutut kanan menjadi kuat tetapi kurang bergerak dan lutut kiri saya melakukan segalanya untuk tenaga dan dorongan. Bagaimana saya bisa bermain selama 11 tahun dengan satu lutut? Dengan banyak usaha, pengorbanan, perawatan, dan pembelajaran untuk mengelola keseimbangan baru.

“Secara psikologis, ketika saya memasuki lapangan, saya tidak bisa mengatakan kepada yang lain, atau bahkan kepada diri saya sendiri, bahwa saya hanya memiliki satu lutut. Bahkan, jika Anda hanya melihat lutut, Anda akan khawatir.

“Saya tahu saya bisa terluka, lutut saya patah, tetapi kita semua hidup dengan risiko. Kami tidak mempertaruhkan nyawa seperti gladiator, tetapi kami bermain dengan masalah fisik kami, itulah jati diri kami. Sejak kecil, kami adalah orang-orang tangguh. Kami telah bermain dengan rasa sakit sepanjang hidup kami.”

Raphael Varane: Saya Sudah Lama Tak Menekel

Raphael Varane Saya Tetap Bangga dengan Prancis (GFFN)GFFN

Varane menjelaskan lebih rinci caranya bermain dengan mengatur cedera di lutut kanannya.

“Saya sudah bertahun-tahun tidak melakukan tekel. Saya menunggu saat yang tepat untuk memberi dampak dalam duel, kapan harus berhenti, mempercepat, atau memulai lari sebelum penyerang,” ucapnya.

“Saya tidak akan menguasai posisi saya sebaik ini tanpa lutut ini. Ketika saya melihat pemain muda dengan kemampuan fisik yang luar biasa, saya bertanya-tanya apakah mereka mengerahkan banyak energi untuk mengatur posisi mereka, mereka akan menjadi monster.”

Read Entire Article