Laga Lawan Liverpool dan Inter Buat Pusing Paulo Fonseca

4 days ago 4
ARTICLE AD BOX

Football5Star.net, Indonesia – Pelatih AC Milan, Paulo Fonseca mengakui bahwa jadwal sulit timnya melawan Liverpool dan Inter beruntun membuatnya pusing. Dia mengakui bahwa walaupun akan melawan Liverpool lebih dulu, dirinya sudah memikirkan Inter.

Milan berhasil mengalahkan Venezia 4-0 dan setelah ini, mereka akan melawan Liverpool di Liga Champions pada tengah pekan dan Inter pada akhir pekan.

AC Milan - Paulo Fonseca - Maurizio Sarri - IstimewaIstimewa

Tentu melawan Liverpool di San Siro akan jadi penting mengingat ini adalah laga pertama Liga Champions dan di atas kertas lawan tersulit Milan, namun lawan Inter tentu lebih akan jadi adu gengsi, karena Milan selalu kalah di 6 laga terakhirnya melawan rival abadi mereka itu, dan ini dipahami oleh Fonseca.

“Jujur saja, saya sudah mulai memikirkan kedua pertandingan melawan Liverpool dan Inter,” kata Fonseca seperti dilansir Football5Star dari Football Italia.

“Saya menyadari pentingnya derbi, Liverpool akan sangat sulit, tetapi saya tidak dapat menyangkal bahwa saya juga sudah mulai mempelajari Inter.

“Saya tahu apa artinya bagi para fans, kami berusaha untuk tampil bagus di kedua pertandingan.”

Paulo Fonseca Terima Tekanan dari Fans AC Milan

Paulo Fonseca Sebut Tiga Penyebab AC Milan Dikalahkan Parma (Bein Sports)Bein Sports

Sebelum laga lawan Venezia, sekelompok fans Milan membentangkan banner yang bertuliskan “kesempatan terakhir” untuk Fonseca, mengingat dia gagal meraih kemenangan di 3 laga pertama. Pelatih asal Portugal itu merasa hal seperti ini adalah hal yang lumrah.

“Saya pikir sebagai pelatih, saya harus menghadapi situasi ini dengan seimbang, tetap fokus pada pekerjaan saya, dan mengabaikan semua yang ada di sekitar kita,” pungkas Fonseca.

“Saya tidak bisa mengatakan apakah ada lebih banyak tekanan di Roma daripada Milan, tetapi Milan adalah klub yang selalu memiliki tekanan untuk menang. Jika kami para pelatih tidak menginginkan tekanan ini, maka kami seharusnya tidak menjadi pelatih.”

Read Entire Article